MANISNYA SAAT ITU
“Bip
bip…” Suara telepon selularku memecah konsentrasi belajarku.
“hai…J”,aku
membaca isi pesan itu.
Aku
adalah tipe orang yang kurang tertarik dengan hal-hal semacam ini, namun dengan
sabar aku mulai mengetik balasan untuk pesan itu.
“iya,,
sp nhe?”, dengan gaya sms alayku aku membalas pesan itu, aku melanjutkan
aktivitasku yang sempat terganggu.
Belajar
bahasa inggris. Aku mulai memutar otakku dengan kosakata-kosakata yang harus
aku hafal. Terbayang wajah miss Susan ketika salah satu muridnya tidak
mengerjakan tugas. Ketika itu aku duduk di kelas 10 b.
“Bib
bip…”
Lagi
dan lagi emosiku naik dengan bunyi sms itu, rasanya ingin aku jual saja hp ini
ke tukang loak. Mengganggu saja.
Oke,
aku ngalah, aku membacanya,
“boleh
kenal gk? Maaf ya klo ganggu, aqu gk ada mksd apa2 kok, Cuma pengen kenal aja”
Dengan tulisan bersingkat-singkat semacam ini pun aku masih mampu membacanya.
Ya baguslah kalau sadar sudah menggangguku.
“aduhaii,,
gk usah berbelit2 deh, iyya boleh, tapii ini siapa, dan ada perlu appa, trs
situ dapat no. aqu drii mana?”,aku membalas pesan itu dengan sedikit emosi.
“aqu
dpt no.qm dri FB, maff ya, qu pengen lbh deket ama qm, nama qm Aynee rizkiana
kn? Enaknya dipnggl sp y, Aqu adi, nama FB qu Setyadi nugraha, pnggl aja adi,,J”
Hm,,
FB,, qu lupa ternyata aku pasang no.hp ku diinfo akun facebookku, siapa si yang
tidak tau facebook saat ini, niatku hanya ingin orang-orang yang kenal aku bisa
menghubungiku, tidak kusangka ada juga orang yang ingin mengenalku. Aku yakin
dia hanya mengandalkan fotoku yang aku pasang sebagai foto profilku, jelas foto
dan orangnya berbeda jauh, jika dia melihat aslinya pasti kaget. Ternyata aku
mulai tertarik.
“um, iya qu aYnee, panggl aja aY, aqu suka sapaan
itu,, qm ank mn?.........”
“….”
Dari
malam itu aku tau banyak hal tentangnya,
-
Dia tinggal di daerah yang sama
denganku. Lampung tengah. Dia di Metro dan aku di Bangunrejo.
-
Umurnya 4 thn lebih tua dariku, 20 thn.
-
Agama kita sama, Islam
-
Dia kuliah si Univ. Metro, jurusan
tarbiyah semester 5
-
Dia baru ditinggal nikah oleh pacarnya.
Dan
yang pasti dia hanya ingin berteman denganku saat ini. Dia bilang fotoku
cantik. Aku mulai mencari cermin, aku menjejerkan fotoku dan cermin. Kami
berbeda. Aku tidak cantik tapi, fotoku yang cantik. Lihat saja nanti jika dia
melihatku. Aku saja takut, makanya aku jarang bercermin. Merendah.
Aku
lalai. Kesalahan yang fatal.
…
Esok
hari..
Aku
mulai bersiap-siap layaknya hari kemarin. Aku, dengan potongan anak SMA biasa
yang mengandalkan kedua kakinya untuk mencapai gerbang sekolah, SMAN 02
Bangunrejo. Sekolah yang lumayan favorit ditempatku saat itu. dengan muka ceria
aku memasuki kelasku, tiba-tiba mimik yang ceria itu hilang. Aku lupa tugas
hafalan itu. aku dihukum.
“huft.
Ini gara-gara tu cowok. Menyebalkan”,layaknya seekor banteng dengan asap
hidungnya yang sangat membenci warna merah.
Sore
hari. Aku pulang.
Aku
termasuk murid yang taat peraturan saat itu, aku meninggalkan HP ku di kamar.
“bib
bib…”, terdengar suara sms berbunyi, yah.. dia lagi dia lagi. Aku kecewa.
“aq
dirmh bi2ku skrg, di bangunrejo, qm dmn, qu mw maen.”
Haaaa!!
Gila ini orang baru juga kemarin dia mengenalku. Aku tidak tau harus jawab apa.
bib bib,,
‘’tnang
aja, qu Cuma mw jdi tmn ja kok” Hm,, ini orang tau saja aku sedang bingung.
Oke, aku ikut caranya.
“qu
di jln. Simpang margahayu no.16 qm dmn?”
“o,
kata bi2ku tu dkt aja, qm siap2 y, anter aq jln2 daerah ini y, sip?”
“ok,
nnti klo sdh ada dpn rmh sms y.”, aku pikir, tidak ada salahnya mengantar
seorang teman. Aku bersiap-siap layaknya gadis remaja seusiaku. Aku siap.
Aku
kaget dengan suara agnes monica menyanyikan tak ada logika di HPku. Tanda
panggilan masuk. Ternyata itu dia.
“assalamu’alaikum..
aY, aku sudah di depan rumahmu, aku masuk ya, ada siapa dirumah?”
“waalaikumsalam,
iya, salam aja, dirumah Cuma aku ma ibuku”
“oke,
sudah ya, assalamu’alaikum,” dengan suara merdu yang baru pertama kali aku
dengar membuat aku sedikit gemetar, aku merasa orang ini memiliki sopan santun
dan merupakan anak yang baik. Aku kagum.
“Ayni...,”
aku tau itu suara ibuku memanggilku.
“iya
bu, aku turun ni,” aku buru-buru melewati semua sudut rumah ku, dan ketika aku
sampai di ruang tamu, aku melihat ibuku tersenyum lebar, hm.. mencurigakan.
Wajah
ibuku berlalu, aku terkejut melihat seseorang di belakang ibuku sedang
tersenyum manis, dengan celana jeans bercorak pudar, kemeja putih kotak-kotak
lengan sedikit digulung, rambut rapi sedikit menyembul dibagian depan, kulitnya
putih untuk seorang cowok. Ganteng.
“Adi..?”
sedikit bingung namun tetap tersenyum.
“iya,
aku Adi, ayni ya?” waduh, senyumnya menggoda iman. Yang aku heran adalah,
mengapa ibuku tersenyum lebar. Tidak seperti biasanya.
“sudah
siap?, yuk berangkat,” kebingunganku pecah.
“o
iya, sudah kok, yuk” aku gugup.
Dengan
motornya qu mengantarnya keliling daerahku, sesekali mampir ke warung, beli
minum atau cemilan untuk mengisi kekosongan. Ya mksudnya kekosongan perut.
Waktu ashar tiba, kita turun disebuah mushola terdekat.
Sore
hari.
Kita
pulang.
Sesampainya
didepan rumahku, dia mengeluarkan sesuatu. Sebuah kotak berwarna merah.
“ay,,
tolong jaga ini,”
“apa
ini,” aku sedikit bingung.
“simpan
saja, dan tolong jangan dibuka, pada saatnya nanti pasti akan aku izinkan kamu
membukanya, untuk saat ini, tolong simpan baik-baik ya,”
“hm,,
semakin penasaran aja aku ini, oke deh, aku jaga kok” Dengan sedikit ragu dia
memberikan barang itu untukku.
“jaga
ya ay,,” aku kaget, dia memegang kepalaku, layaknya seorang kakak yang bermain
dengan adiknya deengan mengacak-acak rambut adiknya.
“hm,,”
aku hanya bisa tersenyum manis.
“salam
buat ibumu ya ay, aku pulang ya, sampai ketemu besok ya”
“iya,,
titi dj ya..”
Dia
pergi.
Aku
termenung dalam keheningan malam itu, banyak pertanyaan yang timbul pada saat
itu,
“
Ada apa ini, ngapain lagi aku mikirin dia, ah udah ah. Tidur.”
Hari
minggu. Tak ada logika-agnes. Panggilan masuk.
“
halo”
“assalamu’alaikum
ay, hari ini ada acara?”
“gak
si, kenapa? Mau diantar keliling lagi ya?”
“gak,
aku mau ajak kamu ke pasar, aku besok balik ke metro, jadi aku mau beli
oleh-oleh.”
“oke,
aku ikut”
Banyak
barang yang dia beli, di sebuah toko pernak-pernik, qu tertarik pada satu
barang, bentuknya lucu. Sebuah pena. Dengan warna biru muda, bentuknya seperti
sebuah pohon memiliki hiasan daun berwarna hijau, jika dibayangkan warna biru
dan hijau berdekatan, maka bayangan yang muncul adalah warna norak, namun apa
yang ada di depanku saat itu jauh dari bayangan itu. Perpaduan yang pas.
Sungguh indah.
“kenapa..?”
dia mengagetkanku.
“kamu
ini, kaget aku, gak kok.. udah belum?, yuk pulang.”
“dari
awal ketemu, aku belum pernah denger kamu panggil aku ka, kamu kn tau aku 4 thn
lebih tua”
“e..
maaf ka’ bukan aku tidak sopan, tapi aku memang belum bisa manggil kamu kakak,
belum terbiasa”
“ya
sudah, tidak apa-apa. Kamu tidak tau betapa inginnya aku mendengar panggilan
kakak darimu” dengan suara lirih dia mengatakan sesuatu, aku mendengarnya.
“apa?”
aku pura-pura tidak mendengarnya, karena aku takut apa yang aku dengar baru
saja itu salah. Aku takut kegeeran.
“gak
kok.. yuk pulang.” hm, ternyata memang aku salah dengar. Kecewa.
Di
depan rumah.
Aku
melihatnya begitu manis, seperti tidak ada hal lain yang aku lihat. Dia
tersenyum padaku.
“terima
kasih ya ay, aku tau ini menyita banyak waktumu, aku harus balik ke metro
sekarang, aku pulang ya?”
“iya,
titi dj ya,” aku sedikit sedih, akankah kita ketemu lagi.
Esok
hari.
Aku
tetap pada aktivitasku seperti biasanya. Aku kesekolah. Mengerjakan tugas. Dan
layaknya anak seusiaku.
Dua
tahun berlalu.
Sampai
saat ini aku masih memikirkannya, tidak sekali dua kali aku mencoba
menghubunginya dan berhenti saat tau nomornya sudah tidak aktif. Facebooknya
pun sudah tidak update. Aku bingung. Aku tau aku merindukannya.
Sebelum
lulus aku mendaftar di beberapa universitas negeri di Indonesia, aku lulus 2
perguruan tinggi. STEI jogja dan UNMUL samarinda. Orang tuaku setuju aku di
STEI, namun aku memilih UNMUL. Baiklah, aku nekat sebelum terlambat, aku harus
menemui dia, setyadi nugraha. Aku pergi ke Metro dan mencoba mencarinya dengan
alamat yang pernah dia berikan padaku.
Dia
berbohong.
Tidak
ada nama setyadi nugraha. Hatiku sakit. Aku mencarinya ke UM tempat dia kuliah
dan nihil, tidak ada nama tersebut. Aku semakin sakit. Aku tau aku mulai
menyukainya, dan rasa itu berubah menjadi sayang. Aku lemas, aku menangis saat
itu.
aku ingat di mempunyai bibi, aku pernah diajak ke sana waktu itu. aku pergi ke sana.
aku ingat di mempunyai bibi, aku pernah diajak ke sana waktu itu. aku pergi ke sana.
“assalamu’alaikum..
tok tok..” aku mengetuk pintu, seorang wanita tua memakai jilbab. Cantik.
“waalaikumussalam,
maaf, siapa ya?” dengan senyum ramahnya beliau bertanya padaku,”
“o,
maaf bu, saya ayni, temannya adi, sa…”
“o..
ayni,, ayo masuk.” Dengan senyum yang menjadi sangat lebar, dan penuh dengan
kebahagiaan. Ibu itu memegang tanganku dan membawaku masuk.
“ibu
sudah tau aku,? E.. maaf bu, aku Cuma mau Tanya tentang keberadaan keponakan ibu,
bisa saya bertemu dengannya?”
“hm,,”
ibu itu berlalu dengan senyuman yang benar-benar membuatku bingung.
Lima
menit kemudian ibu itu kembali dengan membawa sebuah bingkai foto yang belum
aku tau siapa yang ada di foto itu. Ternyata itu foto ibu itu dan adi, ibu itu
masih tersenyum seperti ada yang lucu. Aku melihatnya. dan hatiku serasa damai
sekali, rasa rinduku sedikit terobati.
“ini
foto ibu dan anak ibu..” kalimat ini buatku melongo.
“iya,
ibu adalah ibu kandungnya Adi, bukan bibinya” ibu itu meneruskan.
“Adi
gak kuliah di UM, dia kuliah di universitas
al-ahzar, kairo-mesir.”ibu itu menjelaskan sesuatu yang belum aku
tanyakan.
Ibu
itu tau sesuatu yang aku tidak tau. Dan ke tika aku ingin bertanya sesuatu, ibu
itu memberikan alasan bahwa beliau akan pergi ke rumah orang tuanya. Kunjungan
rutin.
Aku
pulang dengan membawa sejuta pertanyaan ditambah sejuta lagi juga tidak
apa-apa, jadi pertanyaan yang aku bawa ada dua juta. Itu membuatku pusing.
“huh..”
aku menghela nafas. Semoga ini akan baik-baik saja.
Aku
berangkat ke Samarinda, Kalimantan timur. Aku mulai mencintainya, apakah dia
punya rasa yang sama denganku. Tidakkah dia ingin tau kabarku, satu hal yang aku
tau apa dia merindukanku, oh ya Allah.. biarkan ini menjadi kisahku dan tolong
jangan biarkan ini berhenti dalam keadaan yang gantung seperti ini ya Allah.
Amin.
Aku
menjalani hariku dengan status baruku, mahasiswa pendidikan biologi universitas
mulawarman. Sebisa mungkin aku mencoba fokus pada pelajaranku. Tak sedikit yang
menyukaiku dan menginginkan hubungan yang lebih denganku dan aku belum
menginginkannya. Jujur, sampai saat ini aku mengakui bahwa hatiku benar-benar
sudah mantab memilihnya, aku tau dia sudah berbohong. Tapi perasaanku tidak
peduli kenyataan itu.
Empat
tahun berlalu.
Tidak
ada yang berubah. Hanya umurku sudah 6 tahun lebih tua dari hari itu, hari
pertama kali aku bertemu dengannya, Adi, Setyadi Nugraha. Aku lulus dengan
gelar SPd. Itu membanggakan orang tuaku. Aku kembali ke kampung halamanku,
Bangunrejo. Aku masih tidak tau kabarnya. Jujur, itu menyakitiku sampai saat
ini dan aku terus menahannya.
Aku
dirumah sekarang, aku, dengan wajah yang tetap namun penampilan dan sikapku
lebih dewasa. Pelukan ibuku, ayahku, dan para saudara-saudaraku sungguh
mengharukan. Para kerabatku berdatangan dan keluarga besar itupun berchanda ria
hingga menjelang petang. Aku istirahat di kamar kecilku. Aku melihat sesuatu
itu. sebuah kotak yang pernah diberikan oleh Adi, saat itu haruskah aku tetap
menjaganya dan tidak membukanya, tapi sampai kapan. Baiklah Adi, sekalipun aku
marah hatiku tetap menyuruhku untuk menunggumu. Aku menunggu.
Aku
medapat pekerjaan sebagai guru biologi di Mts tsanawiyah tanjung jaya. Gajinya
lumayan. Hari itu, hari pertama aku bekerja ibu bertanya padaku,
“ay, kapan kamu mau menikah, ibu ingin menggendong cucu darimu, ibu hanya memiliki kamu, umurmu, pekerjaanmu sudah mantab, tinggal sekarang ibu harus tau siapa yang akan menggantikan ibu menjagamu, supaya ibu bisa lega melepasmu.” Dengan penuh harapan ibuku membelaiku.
“ay, kapan kamu mau menikah, ibu ingin menggendong cucu darimu, ibu hanya memiliki kamu, umurmu, pekerjaanmu sudah mantab, tinggal sekarang ibu harus tau siapa yang akan menggantikan ibu menjagamu, supaya ibu bisa lega melepasmu.” Dengan penuh harapan ibuku membelaiku.
“bu,sabar
ya bu, aku masih menunggu seseorang,” aku tersenyum.
tiba-tiba ibuku tersenyum lebar.
tiba-tiba ibuku tersenyum lebar.
“apakah
orang itu Adi?” itu mengagetkanku. Aku sedikit curiga.
“hm,
iya bu. Ya udah ya bu, aku mau berangkat”
“iya,
ati-ati ya” dengan penuh kegembiraan yang dapat aku lihat diwajah ibuku, aku
pergi dengan tidak tenang. Ada apa sebenarnya.
Pulang.
“assalamu’alaikum
eh!” aku terkejut. Kedua orang tuaku duduk berdampingan di ruang tamu seperti
menungguku dan ada sesuatu dibalik semua ini.
“duduk
ay,” kata ayahku.
“ada
apa yah, aku jadi takut.”
“ayah
tau kamu sudah mantab dalam segala hal, dan umur kamu sekarang sudah 22 thn.
Dulu waktu umur kamu masih 6 thn, ayah dan teman ayah sudah janji akan
menikahkan akan kami ketika mereka sudah sama-sama dewasa.maafkan ayah, ayah
baru kasih tau kamu sekarang. Ayah tau yang terbaik untuk anak ayah. Dan ayah
akan nikahkan kamu minggu depan, ayah dengar dari ibumu, kamu sedang menunggu seseorang.
Ayah mengerti, ayah beri waktu kamu sampai akhir minggu ini, 6 hari lagi. Jika
tidak ada tanda-tanda orang yang kamu tunggu itu datang, ayah akan siapkan
semuanya. Tolong mengerti ayah, ayah juga akan mengerti kamu ay,.”
Haaaaaaaaaaaa!!
Waduh, aku dijodohkan. Hatiku sakit. Tapi semua orang tau aku akan menuruti apa
yang ayahku katakan. Aku menangis dimalam itu.
Selasa,
rabu, kamis, jumat berlalu, aku masih tidak bisa menemukannya. Aku lelah,
akankah aku terima perjodohan ini. Terlambat, waktuku menemukan Adi tinggal
satu hari lagi.
Sabtu
pagi, aku menghadiri acara pernikahan temanku, aku lihat kebahagiaan itu,
menikah dengan orang yang ia cintai, aku bercanda gurau dengannya hingga acara
selesai. Sepulang acara itu, tepatnya pukul 22.00 aku diantar temanku depan
puntu gerbang rumahku, terlihat diremang-remang lampu teras rumahku ada
seseorang, dengan celana jeans coklat dan kemeja rapi ia duduk di teras, aku
mendekat. Air mataku menetes, itu Adi, Setyadi Nugraha. Aku terpaku.
“Ay,
apa kabar..?” dengan muka sayu, mengantuk mungkin, dia mengutarakan hal itu.
Suara
merdu itu membuat air mataku semakin deras, karena malu dan memang aku tidak sanggup
menatapnya, aku menunduk.
“baik..”
tiba-tiba tangan laki-laki itu di kepala bagian belakangku dan menarikku lebih
dekat dengannya.
Iya,
dia memelukku. Aku tak sanggup dengan keadaan ini. Aku marah, tapi aku senang,
dan kenapa aku harus menangis. Dia membelai rambutku.
“ke..kenapa,
kenapa kamu bohong padaku,, hatiku sakit sekali. Ini adalah tahun ke 6 aku
tidak mendengar sedikitpun hal tentangmu” itulah kalimat yang aku ucapkan
dengan nada tersendu-sendu.
“maaf,
akupun tersiksa dengan keadaan ini. Tapi itu semua aku lakukan pasti untuk
sebuah tujuan. Kamu masih menyimpan kotak itu kan?” semua tau kata tujuan disini
membuatku bingung.
“masih”
aku mengangguk.
“mulai
malam ini tolong kamu bawa kemanapun kamu pergi,” tiba-tiba ia berlalu dari
wajahku, melangkah pergi. Aku takut, aku sungguh takut. Akankah hari kemarin,
yang paling menyedihkan kembali lagi, akhirnya aku putuskan aku tidak akan
melepaskannya lagi.
“Di,
tolong jangan pergi dulu,” aku pegang erat tangannya.
“kenapa?”
“malam
ini adalah penentuan besar dalam hidupku, aku tau ini salah, aku menunggumu 6
tahun lamanya, aku juga menyadari satu hal, aku mencintai seseorang itu, dan
sampai saat ini aku masih mencintainya,tapi aku dijodohkan oleh ayahku, hatiku
perih. Sampai tadi sore aku masih belum bertemu orang itu. dan sekarang ia di
depanku. Tapi aku bingung harus bagaimana. Ketika aku melalui pintu masuk rumah
ini, aku harus sudah punya jawaban, siapa orang yang bisa aku jadikan alasan
kenapa aku harus tidak menerima perjodohan ini. Dan jelas hatiku memilih orang
itu. aku bahkan tidak tau siapa orang yang dijodohkan denganku, yang aku tau
dia anak teman ayahku.” Aku menangis di depannya.
“hm..”
aku tau dia tersenyum. Ketika aku menatapnya. Senyuman itu tiba-tiba berubah
menjadi kecewa.
“ay,..
aku sungguh tidak bisa,” dia melepaskan tanganku.
“maaf
ya ay, aku sudah mencintai orang lain, aku sudah mencintainya jauh sebelum aku
bertemu denganmu, tepatnya 10 tahun yang lalu, itu cinta pertamaku, cinta masa
kecilku. Aku masih mencintainya sampai saat ini, kalau kamu penasaran, suatu
saat akan aku kasih tau yang mana orangnya.” Dia mengatakan itu. sekali lagi
dia mengatakan itu. sungguh sakit hatiku ini.
“tidak
usah, kamu tau itu akan menyakitiku,” baiklah aku akan baik-baik saja.
Aku
tidak akan pernah tau kenapa ini begitu menyakitkan, hatiku serasa tertusuk
pecahan kaca, dan itu sangat perih. Aku tidak mampu menahannya. Aku berlari dan
aku memasuki rumah tanpa suatu ucapan apapun padanya, aku berlalu tanpa
melihatnya untuk terakhir kalinya. Aku sakit.
Sungguh
menyakitkan. Malam itu aku terus menangis. Aku tidak sanggup melakukan apapun.
Aku menunggunya 6 tahun dan itu membuatku benar-benar jatuh, jatuh dalam suatu
kehidupan yang tidak memiliki harapan sedikitpun. Aku tidak dapat tidur hingga
shubuh. Aku sholat dan masih tetap menangis. Ada apa denganku, ini kah akhir
kisahku ini, baru kali ini aku benar-benar merasakan sakit yang benar-benar
sakit. Aku tertidur.
“tok..tok”
suara pintu itu membangunkanku,
“ay,
kamu masih tidur, kamu ingat kan kita punya kesepakatan di hari minggu ini,
kita perlu bicara” itu suara ibuku.
Aku
membuka pintu dengan mukena masih menempel di tubuhku dan mataku dalam keadaan
bengkak.
“bu,
tidak usah, aku tidak enak badan, aku terima perjodohan ini” aku mengatakan
itu.
Sekali
lagi aku mengatakan itu. ini akhir dari hidupku. Aku benar-benar sudah tidak
punya harapan apapun, bahkan aku tidak penasaran sedikitpun siapa orang yang
akan aku nikahi ini.
Hari
ini tiba juga. Hari pernikahanku.
Tidak
sedikitpun nada denyutku naik. Tidak ada sedikitpun kebahagiaan di wajahku. Aku
benar-benar sudah tidak hidup.
“sunggguh
cantik anak ibu. Ay,tenang. Ayah dan ibu tau yang terbaik untuk kamu.” Ibuku
mencoba menyemangati aku.
Aku,
dengan sanggul yang tinggi, wajah yang penuh riasan, dengan kebaya krem ukuran
pas badan, sepatu hak tinggi, berjalan di kelilingi kedua orangtuaku dan
saudara-saudaraku. Aku tetap menunduk. Hatiku benar-benar sudah tidak peka. Aku
menunduk. Apapun itu aku tetap menunduk. Ayahku memegang tanganku, dan
menyerahkan tanganku ke sebuah tangan. Hangat. Dia memelukku, aku tau itu
mempelai pria. Aku masih tetap merunduk. Dia berbisik.
“aku
mencintaimu dari dahulu, ketika umurmu 6 tahun dan umurku 10 tahun. Itu adalah
cinta pertamaku. Aku masih mencintaimu sampai saat ini,”
Aku
mendengarnya, sebuah suara yang tiba-tiba berbisik ditelingaku. Aku mengenal
suara itu. Aku berhenti menunduk. Aku melihatnya. Aku melihatnya. Sekali lagi
aku melihatnya. Dia tersenyum, memegang erat tangan kananku erat, dan tangan
kirinya dipundakku. Dia memelukku erat. Iya, dia Adi, Setyadi Nugraha. Aku
menangis. Aku benar-benar menangis, aku tidak peduli make up yang sudah cantik
menempel di wajahku hilang. aku menangis sejadi-jadinya. Dia Adi, yang akan
menikahiku. Aku benar-benar tidak menyangka. Ini akhir kisah cintaku.
Acara
selesai.
Di
malam hari, dengan hiasan warna pink, aku masih melongo. Aku bingung. Pria itu
memasuki kamar. Iya, dia Adi. Dia suamiku sekarang. Aku bahagia. Aku
benar-benar bahagia. Tapi beribu-ribu pertanyaan yang terus membayangiku.
“ay,
tenang. Akan aku jelaskan semuanya, aku mencoba mendekatimu dan apa yang aku
inginkan terjadi, kamu jatuh cinta padaku. Maaf aku sudah berbohong padamu, aku
meminta bantuan orangtua kita untuk mengikuti caraku. Aku mencintaimu sepanjang
hidupku.” Dia membelaiku. Aku menangis.
“oiya
kotaknya,” di dalam lemari disebuah sudut kamarku, aku mengambil kotak itu.
“bukalah..”
dia tersenyum.
Aku
membukanya, dan didalamnya adalah sebuah kalung emas, dengan gantungan
berbentuk hati bertuliskan CINTA. Tiba-tiba ia mengambil kalung itu dari
genggamanku, gantungan itu bisa dibuka. Ditunjukan padaku yaitu disisi satu ada
foto Adi ketika ia masih kecil, dan di sisi lainya ada foto kecilku.
“ini
fotoku umur 6 tahun kan?, ih culunnya”
“iya,
ini fotoku, umur 10 tahun, aku mulai merasakan rasa sayang yang masih sedikit
waktu itu, dan itu bertambah setiap ku melihatmu”
“kapan
kamu melihatku”
“Dulu
waktu kamu smp, aku sering melihatmu dari jauh, dan terhenti setelah aku
berangkat ke mesir. Aku menyusun rencana ini sudah lama. Dan aku mempunyai
kesempatan itu ketika kamu sudah SMA, rencana awalku, aku ingin membuatmu jatuh
cinta padaku. Aku berhasil.” Dia menjelaskan hal itu padaku. Aku tidak bisa
berbuat apa-apa selain menangis.
“mas..”
“apa?”
aku tau dia terkejut.
“iya,
mulai saat ini aku panggil mas, aku akan mencintaimu sebagai seorang suami.”
Sampai
saat ini aku tetap mencintainya, aku adalah seseorang paling bahagia semenjak
saat itu.
SELESAI..
PENULIS
: AINI RIZKIANA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar